Mendeteksi Terjadinya Perubahan Iklim Hujan Es

Menurut prakiraan cuaca, hujan es adalah bencana yang disebabkan oleh yang terlihat oleh awan hujan gelap yang melayang di atas langit, yang dikenal sebagai awan Cumulonimbus (CB). Karena bagian tengah Aceh dikelilingi oleh gunung bukit barisan, maka pembentukan hawa hujan akan sangat dipengaruhi sekali oleh kondisi zat dan udara naik dengan cepat menekan sisi-sisi pegunungan. Kondisi serupa juga terjadi di daerah pegunungan lainnya di Indonesia.

lapisan Awan Hujan Es Menghantam Stratosfer

Udara yang mengandung uap air diubah menjadi air melalui proses kondensasi di dekat permukaan 500 meter membentuk awan kumulus. Besarnya penguapan yang disebabkan oleh panas di permukaan akibat sinar matahari yang mengalir dari pagi hingga sore hari menyebabkan air ini terus naik. Awan kumulus segera bergabung serta membentuk awan CB besar, yang ramalan cuacanya dikatakan menghantam stratosfer sedangkan pembentukan atmosfer bumi terjadi di troposfer.

Air yang naik kemudian mencapai lapisan di awan CB di mana suhu udara mencapai tempat sejuk nol derajat Celcius. Panjang lapisan ini bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Di Indonesia biasanya ditemukan pada ketinggian 6000 meter. Air ini kemudian berubah menjadi hujan es, dan banyak es berubah menjadi kristal. Karena perbedaan suhu antara permukaan dan lapisan atas, ada angin yang lurus, ada angin yang naik dan turun. Saat perbedaan suhu antara substrat dan lapisan atas melebar, angin akan bertiup lebih cepat.

Badai Angin Kencang Membawa Perubahan Iklim

Inilah mengapa kami merasa sangat terkejut ketika sebuah pesawat melintasi awan CB. Angin berkecepatan tinggi membawa salju dari lapisan atas ke permukaan, sehingga badai salju sering disertai angin kencang. Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam sistem iklim rata-rata, baik secara global maupun regional. Perubahan iklim telah terjadi beberapa kali dalam sejarah Bumi. Namun, perubahan suhu global dan pola iklim yang kita lihat saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Para ilmuwan menjelaskan bahwa perubahan iklim sekarang terkait dengan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana.

Di Indonesia, fluktuasi suhu mencapai 0,7 derajat Celcius, seperti yang sekarang semakin parah di masa depan. Kondisi ini mengakibatkan terbentuknya awan CB tinggi dengan perbedaan suhu yang besar antara permukaan dan lapisan atas, yang mulai membentuk kecepatan angin vertikal pada awan CB atas. Situasi ini bertanggung jawab atas badai baru-baru ini. Faktanya, apa yang terjadi pada Minggu sore adalah yang terburuk dari salju. Diameter es yang besar di permukaan adalah kunci sejauh mana pergerakan udara yang disebabkan oleh angin, karena dibutuhkan banyak energi untuk menggabungkan es yang terbentuk ke udara.

Rumah Kaca Menyimpan Panas

Gas-gas ini secara efektif melindungi terhadap panas matahari di dekat permukaan, seperti dinding kaca di rumah kaca yang menyimpan panas. Perubahan kecil dalam gas rumah kaca dapat berkontribusi pada perubahan global yang besar. Efek gas rumah kaca adalah meningkatkan suatu suhu global. Inilah sebabnya mengapa perubahan iklim disebut pemanasan global. Namun kebanyakan peneliti sekarang ini lebih memilih perubahan iklim.

Iklim lama tercatat dalam salju, tanah, lubang, karang, dan bahkan lingkaran pohon. Peneliti dapat melihat sinyal kimia untuk menentukan kondisi yang sudah ada sebelumnya di lingkungan. Simbol kimia yang dimaksud mirip dengan karbon dioksida yang terperangkap dalam es batu. Sebelum Revolusi Industri, ada sekitar 280 molekul karbon dioksida dan jutaan molekul di atmosfer, volume bagian per juta (ppm). Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), tingkat CO2 rata-rata global adalah 407,4 ppm. Itu 100 ppm selama 800.000 tahun terakhir, dan menurut NOAA, tingkat konversi karbon udara hari ini lebih cepat daripada sebelumnya. Tingkat pertumbuhan telah 100 kali lebih cepat dari pada dalam 60 tahun terakhir dibandingkan dengan jutaan tahun yang lalu.

Related Posts